• BIBILIOTRAPI Strategi Jitu Untuk Relawan Pemula



    Biblioterapi adalah upaya penyembuhan permasalahan mental melalui media buku. Terapi dengan membaca ini dapat digunakan untuk menyembuhkan penderita stres, depresi dan kegelisahan (anxiety), sesuatu yang berhubungan dengan psikis.Anak-anak korban kekerasan ini tidak boleh mempunyai perasaan bahwa mereka sendiri, tidak mempunyai harapan, atau merasa hina (terbuang).  Anak-anak ini harus dirangkul, dan merasa ada orang-orang yang sayang dan peduli dengannya. 

    Biblioterapi merupakan salah satu jenis psikoterapi, selanjutnya kita sebut anak korban kekerasan ini dengan istilah “klien”. Adapun tahapan penerapan biblioterapi ini antara lain :
    1. Mengidentifikasi kebutuhan klien. Pada tahapan ini dilakukan pengamatan, mencari informasi melalui orangtua, guru dan data informasi di sekolah mengenai klien. Jika terapisnya dilakukan oleh orangtua maka tahapan ini sebagian besar sudah orangtua ketahui. Teman akrab klien dapat juga dimintai keterangan.
    2. Mencari buku-buku yang tepat dengan kebutuhan klien. Dalam hal ini buku-buku yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan: tingkat kemampuan baca klien, isinya dapat membuat klien lebih bisa bersikap dewasa, alur nya realistis dan ada penyelesaian masalah. Hal ini dimaksudkan agar klien dapat mencontoh sikap baik yang ada dalam cerita/bacaan yang dibacanya. 
    3. Membuat schedule. Membuat rancangan susunan waktu dan sesi yang sesuai dengan mood klien. Penerapan biblioterapi ini tidak boleh dipaksakan waktunya. Penyesuaian dengan kondisi kesiapan klien sangat diperlukan, agar tujuan terapi dapat tercapai. 
    4.  Membuat rancangan kegiatan pasca membaca. Ketika klien mulai dapat menemukan asiknya membaca, dapat dilanjutkan dengan diskusi, menulis, menggambar atau kegiatan apapun yang disukai klien. Biarkan kegiatannya mengalir selama klien terlihat menikmati kegiatan itu, amati kapan dan berapa lama biasanya mengalami kejenuhan. Upayakan hindari kejenuhan ini.
    5. Memotivasi klien. Dalam perjalanannya bisa jadi klien menemukan kejenuhan, maka motivasi hendaknya selalu mengalir untuknya.
    6. Melibatkan klien pada sesi membaca, dengan mendengarkan pendapatnya mengenai isi bacaan. Dengarkan semuanya, jangan memotong perkataannya. Biarkan klien menceritakan kembali isi bacaan sesuai versi klien.
    7. Melakukan aktivitas tindak lanjut. Membersamai klien untuk mendapatkan hikmah dari isi bacaan. Setelah mendengarkan cerita/penjelasan klien mengenai isi bacaan, berikanlah sikap-sikap yang patut dicontoh dari cerita itu. Jika kesimpulan klien sudah benar, maka berikan apresiasi yang dapat membuat klien bahagia dan dihargai.
    Namun jika terdapat pendapat atau kesimpulan yang kurang benar, maka perlu diluruskan.
    Metode biblioterapi ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik orangtua, saudara dari korban kekerasan atau guru, pustakawan, tokoh masyarakat, dan kita sebagai anggota masyarakat.
     Memang jika orangtua korban tidak terganggu secara psikis, ini akan lebih baik jika dilakukan oleh orangtua. Karena akan lebih bisa berempati dan anak  juga merasa nyaman.
    Namun akan lain ceritanya jika orangtua mengalami kondisi kejiwaan yang terganggu pula karena ikut merasa terpukul, sangat marah dan tidak bisa berfikir jernih.  Pemerintah, Guru, pustakawan, tokoh masyarakat dan kita semua yang harus ikut memberikan dukungan.
    Peran keluarga dekat korban memang lebih diharapkan untuk upaya mengembalikan keceriaan anak-anak korban kekerasan ini.
    Sungguhpun bagaimana keluarga lebih dapat mengenal dan lebih bisa “masuk” ke dunia anak-anak tersebut. Kalau peristiwanya sudah terjadi, bukan lagi saatnya menyalahkan siapapun, namun upaya untuk bangkit dan mencegah hal buruk itu terjadi kembali lebih penting untuk dilakukan.
    Materi keagamaan akan sangat cocok jika anak yang menjadi korban kekerasan ini sudah baligh, sudah mengerti kalo dalam hidup ini ada Qadla dan Qodar yang diterima manusia dengan keikhlasan seorang hamba.
    Namun sebagai manusia kita wajib berusaha untuk bangkit dan berusaha untuk menghindari hal-hal buruk itu terjadi kembali.
    Penanaman motivasi keagamaan dan penguatan iman dan takwa sangat diperlukan, karena nilai-nilai keimanan yang tertanam dapat mendatangkan ketenangan. Hati yang tenang dan damai modal bagi anak untuk menata masa depan yang sempat terkoyak.
    Siapapun yang menjadi korban kekerasan di negeri ini, mereka adalah anak-anak kita. Walau keadaan ini sama sekali tidak pernah kita inginkan terjadi, namun penanganan terhadap kejiwaan anak-anak yang menjadi korban pasca kekerasan ini harus diupayakan.
    Siapapun tidak menghendaki menjadi korban kekerasan. Marilah berupaya kembalikan keceriaan anak-anak korban kekerasan ini untuk masa depannya.
    Keluarga dekat seperti orangtua, saudara kandung, atau sahabat dari korban kekerasan akan menjadi terapis yang lebih cocok dalam biblioterapi ini. Karena akan lebih mudah menyesuaikan dan anak merasa dekat, dengan demikian akan lebih dapat terbuka dan mudah dilakukan diskusi.
    Namun jika saudara dekat tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan upaya terapi ini, maka hendaknya meminta bantuan kepada orang yang dinilai dapat diterima oleh anak korban kekerasan itu.
    Akan lebih baik lagi jika kepedulian ini timbul dari semua lapisan baik dari keluarga, guru, pustakawan, pemuka agama, dan sebagainya.
    Dukungan yang didapat anak akan lebih besar dan keceriaan anak-anak korban kekerasan di sekitar kita dapat kembali. Kembali berani bermimpi untuk masa depannya yang cerah.
  • 0 komentar:

    Posting Komentar